"Yang itu, boleh?" Jesse menunjuk salah satu ranting yang tergeletak di pinggir semak-semak.
"Jangan yang itu. Belum ada 5 detik udah habis ntar. Cari yang lebih tebel coba deh, di situ tuh." Hikaru, atau biasa dipanggil Hiikun, melanjutkan langkahnya untuk mencari kayu bakar di sekeliling tempat mereka berkemah.
Malam ini, lima belas anggota dari Snow Man dan SixTONES mengadakan camping dua hari satu malam bersama. Karena perkemahan ini berada di dataran tinggi, sinyal yang bisa ditangkap sangat kecil. Juri dan Sakkun uring-uringan karena gagal mabar. Jadinya mereka memilih untuk mendirikan tenda bersama Koji dan Datesama sembari transfer informasi rahasia alias gibah colongan. Abechan, Kochi, dan Hokuto menyiapkan peralatan dan bahan masakan untuk makan malam mereka. Taiga membantu Fukka dan Shoppi untuk mengeluarkan semua perlengkapan berkemah mereka dari mobil. Sementara Raul, Meme, dan Shintaro sejak siang hanya berlalu lalang di area perkemahan untuk mencari spot foto yang estetik.
"Hiikun! Kayu bakarnya!" teriakan Fukka memekakan telinga Hiikun dari jauh.
Tanda jempol dari tangan kanannya ia arahkan ke lelaki itu.
"Sama sekali ngga ada kayu yang cocok, ya..." gumam Jesse sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
Hiikun mengangguk. "Mana udah sore. Kalau kekurangan kayu bakar malem-malem bisa berabe ntar."
"Oi! Gimana gimana? Udah dapet berapa kayunya?" Shoppi menghampiri mereka berdua dan Fukka menyusulnya.
Jesse dan Hiikun menggelengkan kepalanya bersamaan.
"Kayu bakar yang dibawa Kyomo cuma cukup buat masak aja ternyata. Karena kita ada banyak perlu api unggun yang gede, kan?" kata Fukka.
Kochi yang mendengar percakapan mereka, ikut menghampiri dan melaporkan situasi dapur sementara yang sudah disiapkan.
"Masalah masak-masak nanti bisa diatur lah sama Abe. Kalau emang belum nemu kayu bakar, punya kita dibagi dua aja, yang buat masak sama bikin api unggun. Gimana?"
"Yee emang lu mau masuk angin? Kalo malem anginnya suka gede banget bre." Shoppi menimpali.
Tiba-tiba, sebuah ide muncul dari kepala Hiikun. "Ngga ada cara lain, kita harus masuk hutan buat cari kayu bakarnya."
Semuanya terdiam.
"Yakin lu mau masuk ke hutan? Beneran? Sendirian?" tanya Shoppi bertubi-tubi.
"Berdua dong kan ada Mr. Zudon." Jesse nyengir.
Kochi menepuk dahinya. "Masa cuma berdua doang, gue panggilin Shintaro dulu deh ya buat bantu-bantu. Anjir kemana tu anak ngeloyor bae kerjaannya. SHINNNN!"
"Weh, gapapa gapapa. Biar gue sama Hikaru aja lah yang cari. Tu anak lagi asyik maen sama foto-foto kek selebgram."
Benar saja. Teriakan Kochi tertutup suara tawa yang menggelegar dari Sakkun dan Koji yang tengah bercanda bersama Juri dan Datesama. Shintaro masih sibuk bergaya di bawah pohon bersama Raul dan Meme.
Fukka menghela nafas. "Kalo gitu jangan lama-lama. 30 menit langsung balik ya. Hati-hati, Hiikun."
"Lah? Gue ngga di hati-hatiin juga?" Jesse yang manyun langsung kena tampol babah Kochi.
"Hati-hati yaaa Jesseeee. Noh, udah. Buru cari kayu bakarnya!"
---
Hiikun dan Jesse terus berjalan lurus dari awal mereka masuk ke hutan itu. Semakin mereka melangkah, semakin samar suara yang bisa mereka dengar dari perkemahan mereka.
Hutan ini penuh dengan pohon yang tinggi menjulang. Daun-daunnya lebat bak payung yang menutupi tajamnya sinar matahari yang hendak masuk ke dalam. Menjadikan hutan itu remang-remang karena sedikit cahaya yang bisa menerangi pandangan mereka.
Tanpa sengaja, Hiikun dan Jesse saling merangkul satu sama lain dan terjaga. Mata mereka menoleh ke kiri dan kanan demi mencari potongan kayu yang bisa mereka bawa kembali pulang. Hanya suara burung dan jangkrik bernyanyi bersahutan dari dahan ke dahan yang bisa didengar; menemani langkah mereka berdua.
"Ada kayu coy!" pekik Hiikun memecah kesunyian sembari menunjuk banyaknya dahan pohon yang tergeletak di pinggir jalan.
"Alhamdulillah Ya Allah." Jesse ikut bergabung dengan Hiikun untuk memungut batang dahan pohon yang cukup besar.
"Ambil sepuluh udah lebih dari cukup. Gede-gede banget ini. Sampe besok juga ngga bakal habis!" seru Hiikun sumringah.
Jesse mengangguk sambil tersenyum. "Kalo gitu kita balik sekarang, deh. Udah laper banget ini."
---
Hiikun dan Jesse kembali menyusuri jalan yang sudah mereka lewati. Hanya berjalan lurus. Seperti di awal perjalanan mereka.
Jesse sedikit kesulitan untuk membawa batang-batang kayu tersebut. Hiikun melihatnya dan langsung membantu membawa batang kayu yang terjatuh dari genggaman Jesse.
"Hiikun."
"Hm."
"Mau jadi pacar gue nggak?
"Hah? Ngapain?"
"Gue paling gakuat sama orang yang love language nya act of service."
Hiikun tergelak, dan terus berjalan di samping Jesse. "Yang ada gue merinding bjir."
"Oh iya, ngomong-ngomong by the way tentang merinding; gue mau cerita sedikit boleh dong?"
"Cerita apaan? Jangan yang aneh-aneh tapi."
Jesse kembali nyengir. "Lu tau ngga kenapa gue ngga ngajak Shintaro sekalian ikut kita nyari kayu bakar di hutan ini? Padahal kalo doi ikutan kan lumayan bisa bawa banyak kita."
Hiikun mencoba berpikir. "Gatau. Emang kenapa?"
Jesse mendekat ke depan telinga Hiikun. "Karena gue mau nyelametin kita berdua, dari Setan Alas. . ." bisiknya.
Hiikun berusaha bersikap tenang walaupun sekarang jantungnya berdebar sangat kencang. Bulu kuduknya berdiri. Lelaki itu merasa tidak nyaman dan takut.
"Konon katanya nih..." Jesse memulai cerita panjangnya.
"Tiap hutan di seluruh dunia ini punya penunggunya. Ada yang baik, ada yang jahat. Tapi sudah jelas kalo Setan Alas itu jahat. Doi itu ngga suka angka ganjil. Kalau ada satu orang atau gerombolan orang berjumlah ganjil masuk hutan, maka makhluk ini bakal muncul tiba-tiba dan menggenapi mereka."
Hikaru mempercepat langkahnya dan Jesse juga menyusulnya.
"Bentuknya macem-macem. Kadang kaya monster, kadang kaya mayat hidup. Tapi paling umum bentuknya kaya cowo tinggi, matanya merah, kalo gerak dia ngga pernah jalan. Tapi lari!"
"JESSE!!!" teriakan Hiikun memunculkan gelak tawa dari sang pencerita.
"Tapi boong. Gue ngarang doang soalnya bosen sih. Lumayan kan bikin merinding? Memang gue adalah pendongeng handal." ujar Jesse bangga.
"Awas aja lo kalo sampe camp masih aneh-aneh, gue gamau nolongin kalo sampe lo kenapa-napa. Parah bet lo." seru Hiikun emosi.
"Maap bang. Jangan marah dong, ntar gantengnya hilang lho." Jesse yang cengengesan terus berjalan di samping Hiikun sembari tertawa pelan.
Langkah mereka tiada henti, namun tak kunjung hingar bingar suara dari perkemahan mereka terdengar. Ditambah cahaya senja yang menambah suasana angker dalam sekejap, menambah ketakutan Hiikun seorang. Pria itu terus mendekap kayu bakar yang dibawanya sementara Jesse masih terus saja bercerita.
"Gatau bener apa engga sih. Sebenernya ada yang beranggapan Setan Alas itu ada dan nyata. Apalagi kalo dipanggil pake nyanyian atau siulan gitu. Tapi gue lupa kek mana liriknya."
"Gausah nyanyi, lah. Ayo buruan jalannya udah mau mahgrib ini." Hiikun yang tampak ketakutan menambah keinginan Jesse untuk terus menggodanya.
"Hiikun, lu takut ya?"
"KAGA TAKUT!"
"Lah, kaga takut kok nge-gas."
Hembusan angin kencang mendorong mereka berdua dari belakang. Burung-burung dan serangga malam berhenti bernyanyi. Suasana benar-benar sepi sekarang. Hiikun dan Jesse merasakan hal yang berbeda dari awal mereka masuk ke dalam hutan untuk yang pertama kali. Tiba-tiba ada kabut putih tebal yang menyelimuti mereka berdua. Hiikun dan Jesse terdiam dan saling bertatapan.
"Jesse, lu ngerasa ngga? Ada yang aneh."
Jesse mengangguk. Sekarang dia juga ketakutan dan pendongeng handal itu diam seribu bahasa.
Kedua pria itu terus mendekap kayu bakar mereka masing-masing. Mereka berdua hendak melanjutkan langkah mereka tapi rasanya kaki mereka kaku dan enggan bergerak! Mulut mereka seakan membisu dan sulit untuk berbicara. Ada apa ini?
"Grrr. Grrr."
Terdengar suara geraman dari dalam hutan. Jesse dan Hiikun menoleh ke belakang dan tampak seorang pria di sana. Badannya sangat kurus dan ada pancaran sinar merah di wajahnya. Awalnya tubuhnya kecil, lama lama terlihat tinggi karena orang itu tengah berlari ke arah mereka berdua.
"SETAAAAAAAAN!!! AAAAAAAA!!!" Jesse dan Hiikun berteriak bersamaan dan langsung berlari lurus ke depan.
"GRRR!!! GRRR!!!" geraman Setan Alas semakin lama semakin terdengar jelas.
Jesse dan Hiikun terus berlari ke depan dengan terus memeluk erat kayu-kayu itu. Mereka tidak menoleh ke arah belakang. Semakin jelas geraman yang mereka dengar, semakin cepat mereka berlari. Tanpa mereka sadari, perkemahan mereka telah terlihat.
---
"AAAAAAAA!!!"
Hokuto yang sedang membawa panci berisi air mendengar teriakan dari dalam hutan. Ia langsung memanggil semua anggota yang tengah cemas menunggu Jesse dan Hiikun.
"Semuanya! Udah dateng nih!"
Tidak perlu waktu lama, Jesse dan Hiikun muncul sembari membawa banyak kayu bakar dan jatuh tersungkur dan masih berteriak histeris. Semuanya mengerumuni mereka berdua. Ratusan pertanyaan terlontarkan tapi masih kalah dengan teriakan Hiikun dan Jesse yang tak kunjung berhenti.
Datesama langsung menyiram muka mereka berdua dengan air botol mineral. Seketika teriakan itu padam.
"Ketempelan Jin Tomang lu pada bjir berisik banget mana maghrib-maghrib." Juri membawakan handuk dan menenangkan mereka berdua bersama Sakkun.
"Tadi... Di dalem... Ada... S... Setan..." kata Jesse tergagap.
"Setan? Mana mana? Bagus nih buat konten, aduh!" Shintaro mengusap kepalanya yang baru saja tertampol Kochi.
"Untung pada ngga kenapa-napa mana kalian hampir dua jam di dalem hutan!" tambah Koji.
"Dua jam?" sekarang Hiikun yang bertanya setengah kebingungan.
Semuanya mengangguk.
"Yang penting kalian berdua selamet sampe sini udah bersyukur banget. TBL kalo sampe tersesat di dalem hutan siapa yang mau cariin bjir mana sinyal susah." kata Sakkun.
Jesse yang ikut bingung juga ikut bertanya. "TBL apaan?"
"Takut Banget Loh."
"Temennya bondol sa ae." ujaran Jesse membuat seluruh anggota tertawa.
"Yaudah sekarang, Raul sama Meme, bantuin angkat kayu bakarnya ya taro deket api unggun. Kyomo, minta tolong bawain makanan buat Jesse sama Hiikun!" seru Abechan.
"Siaaaap!" Raul, Meme, dan Taiga berseru bersama dan lanjut melaksanakan tugas mereka.
Malam harinya, suasanya perkemahan Snow Man dan SixTONES sangatlah meriah. Setelah makan malam selesai, ada pertunjukan ajang bakat yang mereka siapkan. Juri menampilkan pertunjukan battle rapp dengan Hiikun. Sakkun menampilkan kemampuan wotagei+break dance dengan Raul. Koji dan Fukka melawan Shintaro dan Jesse dalam penampilan stand up comedy. Taiga, Hokuto, dan Shoppi berkolaborasi untuk bernyanyi secara trio. Sementara Datesama, Meme, Abe, dan Kochi berkolaborasi dalam pentas teater dadakan yang tidak ada judulnya.
"Kapan-kapan kita camping bareng Travis Japan juga kali, ya? Lumayan bisa nonton acrobat gratis" ujar Meme yang diikuti gelak tawa semua anggota.
Lalu bagaimana dengan nasib Setan Alas? Tenang, semua yang dilihat Hiikun dan Jesse hanya ilusi mereka saja. Setelah mereka bersenang-senang bersama, tidak ada lagi setan dan demit yang muncul di dalam pikiran mereka berdua.
Perlu kita ingat; apa yang kita takutkan akan kita tarik ke dalam realita kita. Dan kegembiraan yang muncul akan mengalahkan semua rasa buruk di kehidupan kita. ♡
The End.